Saturday 30 April 2011

Persis Selebar Ujung Anak Panah

Perjalanan baru saja dimulai,
Dia menoleh kebelakang seakan tak ingin pergi,
Dia begitu rapuh untuk meninggalkan segala kenangan manisnya.


Kami berhenti sebentar membuang penat,
Dia mulai menangis,
"aku terlalu muda untuk tugas yang penting seperti ini" begitu dia merengek
"tapi hanya aku dan kau yang bisa melakukan ini, tidak ada orang lain" begitu aku memastikannya


Lalu petang tiba dan gelap datang,
Matanya berkaca-kaca,
Dia akan segera menangis,
"dunia memang kejam, tidak peduli apakah engkau mau atau tidak" aku mendoktrinnya
"jika kita berhenti di sini, lalu apa yang akan mereka tulis dalam catatan sejarah mereka tentang dua pahlawan negeri mereka pengecut" aku memanasinya


Lalu pagi datang, aku merasa ini akan berbeda,
Tapi aku lihat darah berserakan di sekujur tubuhnya,
Dengan lobang persis selebar ujung anak panah di atas jantungnya yang pias,
Dia tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain menggoyahkan semangatku.


Aku melihatnya sebentar ...

No comments:

Post a Comment